Mengejar MITOS Cobra Catalog

Setelah di warnai kelesuan di bursa tanaman hias, pertengahan tahun 2008 ini diperkirakan Anthurium si Raja Daun kembali akan menggebrak pasar tanaman hias Indonesia dengan berbagai varietas maupun Hybrid baru. Meski demikian permintaan terhadap berbagai jenis Anthurium Jenmanii BERKARAKTER seperti Jenmanii Cobra, Mangkok, KOL, Sawi juga mulai bertambah kencang. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya bursa transaksi terutama Anthurium Jenmanii kategori bibit dan ukuran remaja 15 cm di bursa tanaman hias dan sentra sentra Anthurium di Ngargoyoso, Jenawi, Karangpandan Kabupaten Karanganyar yang selama ini memang di kenal sebagai MARKASNYA ANTHURIUM. Salah satu pemicu menggeliatnya bursa tanaman hias khususnya Anthurium ini di duga dikarenakan kembali diadakannya berbagai event pameran dan kontes Anthurium dengan hadiah yang cukup menarik dan menggiurkan. Hal ini pada gilirannya memang memberikan dampak positif dengan kembali munculnya minat masyarakat untuk kembali mencari tanaman hias Anthurium kategori bibit maupun bakalan/bahan (ukuran remaja) yang hadir dengan harga jauh lebih terjangkau dan rasional.

 

Bibit-bibit jenmanii dari indukan BERKARAKTER seperti Cobra, Mangkok, Kol dan Sawi mendapatkan permintaan yang cukup signifikan dari berbagai kota besar di Jawa maupun Luar Jawa termasuk Bali dan Papua yang selama ini dikenal cukup adem dengan booming Anthurium tahun lalu, dibandingkan dengan daerah daerah lain di Indonesia. Meskipun permintaan bibitan jenmanii dari Indukan Jenmanii Cobra masih mendominasi. Hal ini di duga disebabkan karena Jenmanii yang satu ini memang masih menempati posisi harga termahal dan tak bergeming meski harga berbagai jenis Anthurium mengalami koreksi secara mendalam. Anthurium Jenmanii Cobra diakui atau tidak telah menjadi semacam MITOS sebagai jenis Anthurium Jenmanii paling bergengsi yang layak untuk di miliki.

 

Seiring dengan makin santernya permintaan akan bibitan jenmanii dari indukan COBRA tersebut maka  gayung bersambut bermunculan pulalah berbagai penawaran jual bibitan jenmanii yang berlabel indukan Jenmanii Cobra Catalog. Tentu saja hal ini adalah lumrah, dan normal dalam sebuah mekanisme yang disebut sebagai PASAR.Tak pelak, dengan anthusiasme tinggi masyarakat terutama para penggemar baru tanaman hias Anthurium dengan dipenuhi rasa penasaran dan sebagian mungkin dibayangi bakal mendulang emas yang berlabel Jenmanii Cobra Catalog maka berapapun jumlah bibitan yang berlabel jenmanii Cobra Catalog di sapu bersih bahkan mungkin tanpa dibekali kesadaran yang cukup bahwa pembesaran Anthurium Jenmanii melalui biji sangat lebar peluang perbedaan dengan indukannya meski indukannya merupakan Anthurium Jenmanii BERKARAKTER.

 

Pada umumnya, pembelian bibitan jenmanii dari indukan Cobra (Cobra Catalog) tersebut hanya didasarkan dengan pertimbangan kasar dan panduan umum dengan melihat bibitan tiga atau empat daun nampak bagus, tebal  (bahkan SUPER TEBAL),berbentuk bulat serta bertangkai pendek. Padahal, untuk jenis jenis jenmanii tertentu Cobra misalnya, meski tipis tetap mempunyai karakter bibit dan texture daun yang berbeda dengan bibitan jenmanii lainnya. Berdasarkan pengalaman, jenis jenis bibitan jenmanii yang paling banyak di gelontorkan ke pasaran dengan berlabel bibitan cobra catalog adalah bibitan jenmanii Mangkok dikarenakan bentuk daunnya yang membulat mirip bibitan cobra, serta bibitan silangan Jenmanii Naga dengan Jenmanii Sawi dikarenakan texture serat daunnya atau Naga dengan KOL.

 

Terlepas dari apakah bibitan cobra catalog dengan texture yang seperti akan dipaparkan berikut ketika dewasa nanti akan menjadi sama dengan induknya , namun jika anda bermaksud untuk MENGEJAR MITOS, tak ada salahnya mempertimbangkan pertimbangan bahwa meski berdaun lebar hampir mirip bibitan mangkok namun dari sisi ketebalan daun masih kalah dengan bibitan mangkok. Dari sisi serat daun juga berbeda dengan bibit jenmanii jenis lainnya. Serat daun bibitan jenmanii dari indukan cobra (cobra catalog) cenderung tidak kasar, berserat halus dan berdaun lebih lunak (lentur). Ukuran tangkai daun juga relatif. Meski ada juga yang muncul dalam bentuk bertangkai pendek kurang dari 1 cm, namun ada juga yang muncul dengan kondisi bertangkai sedikit panjang antara 2 sd 3 cm. Salah seorang rekan dari Karanganyar yang cukup berpengalaman dalam hal jenmanii Cobra Catalog justru lebih memilih bibitan yang muncul dengan tangkai sedikit lebih panjang dari yang lain untuk dimasukkan sebagai bibitan cobra berkualitas prima yang kecenderungan akan sama dengan induk jauh lebih besar di banding yang lain. Yang paling penting dalam mengamati dan mencermati bibitan dari indukan cobra catalog menurut beliau justru pada ketebalan daun, serat dan texture daun, serta posisi daun musti sudah menekuk ke dalam baik dari ujung daun ataupun pinggir daun. Paling bagus adalah jika mendapatkan bibitan Cobra dengan daun menekuk ke dalam mulai dari garis tengah daun.   Jika bibitan Cobra tersebut berdaun terlalu tebal (super tebal) atau lebih tebal dari bibitan jenmanii mangkok, bertekstur dan serat daun kasar, daun cenderung keras atau kaku. Hanya satu kata beliau. Singkirkan..saja !! Waduh..!! Makanya ngga jadi jadi..!

http://www.innflowers.com/ourstore/

TIPS & TRICK TANAMAN ANTHURIUM

TIP AWETKAN BUNGA
Kendala menyilangkan Anthurium adalah perbedaan waktu kematangan bunga Anthurium. Untuk memperpanjang masa subur saat bunga Anthurium matang, serbuk sari diluruhkan untuk dibuat stok. Kumpulkan serbuk sari dari Anthurium yang akan disilangkan, Misal serbuk sari anthurium Jenmani Mangkok dengan bantuan kuas. Masukkan dalam botol atau plastik. Agar tahan lama simpan dalam kulkas. Pada suhu dingin, daya tahan serbuk sari Jenmani mangkok tadi lebih awet. Dengan cara itu masa subur serbuk sari Anthurium jantan diperpanjang, bisa dipergunakan sewaktu-waktu. Namun perlu diingat, semakin lama disimpan, kesuburan juga menurun, sehingga semakin cepat dipakai semakin baik.TIP MEMPERCEPAT BUAH ANTHURIUM MATANG
Anthurium yang disilangkan setelah anthurium bertongkol, Biasanya buah dipetik setelah lepas dari tongkol. Banyak pekebun mempercepat panen dengan memotong tangkai tongkol anthurium Jenmani Indukannya setelah beberapa buah sudah keluar dari tongkol. Tip’s ini dilakukan untuk mempercepat kematangan buah-buah (Biji Anthurium Jenmani – Ose Anthurium Jenmani , DImana Tongkol dari indukan Jenmani dipotong lalu Tongkol Biji Anthurium tadi direndam dalam botol yang telah diisi larutan Vitamin B1. Perbandingan 1-2 cc/l air. Meski sudah dipotong, biji-biji di tongkol anthurium Jenmani tetap akan matang. Dengan sistem “karbit” itu panen lebih cepat 1-2 minggu dan relatif serempak.

TIP RAWAT BUNGA ANTHURIUM AGAR MENJADI TONGKOL
Indukan Anthurium, baik Indukan anthurium jenmani , indukan anthurium Gelombang Cinta , Indukan Anthurium Keris KW1 , Indukan Anthurium Garuda , Indukan Anthurium Corong yang berbunga tampaknya gampang haus. Tongkol Anthurium yang baru disiram 30 menit, akan terlihat kering lagi 30 menit berikutnya. Karena itu, selama masa pembentukan buah / biji anthurium, bunga anthurium harus sering disiram. Air dibutuhkan untuk membuat buah anthurium senantiasa lembap dan membuatnya cepat besar dan menghasilkan biji anthurium ( anthurium seeds ).

TIP BUANG BUNGA SEBELUM KONTES
Bila satu anthurium dijadikan pohon induk, maka pertumbuhannya menurun sehingga penampilan kurang prima. Pada saat itu, anthurium indukan tadi, menyedot makanan lebih banyak untuk pembentukan bunga anthurium. Bila tidak diimbangi dengan pupuk memadai, maka calon biji anthurium tadi akan menyedot energi cukup besar sehingga bagian lain kekurangan unsur makanan. Akibatnya ukuran daun baru lebih kecil dibandingkan daun yang sudah ada. Jika koleksi Anthurium akan disertakan dalam kontes anthurium, maka pembentukan tunas bunga anthurium harus dicegah. Caranya dengan memangkas bunga yang baru terbentuk. Tindakan yang sama bisa dilakukan saat tanaman sakit. Pembuangan bunga pada anthurium indukan mengurangi pemakaian energi.

TIP BUNGKUS BUAH – BIJI ANTHURIUM ( ANTHURIUM SEEDS )
Kematangan buah – biji anthurium yang sering disebut OSE Anthurium tidak terjadi secara serempak. Biji anthurium yang terlepas bisa jatuh dan hilang. Agar “emas merah” itu tidak hilang, Supri yang berpengalaman dalam merawat indukan anthurium jenmani bertongkol, membungkus tongkol anthurium jenmani kol koleksinya yang telah masak, dengan plastik bening untuk menadah biji anthurium jenmani yang jatuh. Penyungkupan juga berguna untuk menjaga kelembapan tetap tinggi. Penyungkupan bisa dilakukan untuk seluruh varian anthurium, baik anthurium jenmani cobra, jenmani sawi, Black silvit, hookeri, dll. Pembungkusan mulai dilakukan saat biji anthurium jenmani tadi hampir keluar dari tongkol indukan anthurium jenmani, sekitar 4 bulan setelah tongkol muncul pada indukan anthurium jenmani kol tadi.

TIP TOPANG TONGKOL BIJI ANTHURIUM SIAP PANEN
Ukuran tongkol anthurium indukan yang makin lama makin membesar membuat tangkai tongkol buahnya tidak mampu menopangnya lagi. Akibatnya tangkai buah membengkok. Topang tangkai buah supaya tidak bergerak dan tali pengikat tidak melukai tangkai. Lapisi tangkai buah dengan busa spons lalu ikat ke tangkai. Tangkai pun tetap tegak.

TEKNIK SEMAI BIJI ANTHURIUM
1. Biji Anthurium baik itu biji anthurium jenmani cobra , biji jenmani mangkok, biji jenmani kol, hookeri, biji gelombang cinta, biji garuda merah berkualitas dihasilkan dari buah matang sempurna.
2. Biji anthurium dikeringanginkan setelah dikelupas.

Cara I

  1. Siapkan tray dan isi dengan media.
  2. Semai satu biji anthurium perlobang lalu tutup dengan media campuran pakis, sekam, bakar dan cocopeat.
  3. Simpan wadah persemaian di temapt teduh lalu siram calon bibit anthurium setiap pagi dan sore hari.
  4. Pindahkan bibit anthurium ke pot soliter setelah berumur 2-3 bulan. Umumnya bibit anthurium jenmani cobra, bibit anthurium jenmani mangkok, bibit anthurium jenmani kol, bibit hookeri super red, bibit anthurium garuda , bibit anthurium bintang kejora dan bibit anthurium superboom pada saat itu berdaun 2-3 helai.

Cara II:

  1. Cara menyemai biji anthurium Siapkan styrofoam ukuran 30 x 50 cm lalu isi media pakis kasar di bagian bawah lalu pakis halus di atasnya. Semai biji anthurium berjarak tanam 2 cm x 2 cm tanpa ditimbun lalu tutup dengan kaca.
  2. Semprot biji anthurium jenmani yang disemai tiap 2 kali sehari dengan membuka kaca penutup terlebih dahulu.
  3. Empat hari kemudian biji anthurium jenmani berkecambah dan dipindah. Buat lubang sedalam 1 cm pada wadah baru lalu masukan akar kecambah jenmani dan timbun.
  4. Tiga sampai empat bulan kemudian bibit dipindah ke pot soliter.

TIP CARA MENYEMAI (SEMAI) BIJI ANTHURIUM
Lapisan jelly yang membukus biji anthurium berpotensi mendatangkan jamur. Jika hal itu terjadi, kerusakan biji anthurium tidak dapat dihindari. Untuk mencegahnya ada cara mudah. Setelah dipetik, pencet buahnya sehingga bijinya keluar kemudian rendam dalam air. Sekitar 10 menit kemudian biji anthurium telah diselimuti jelly nektar. Ambil biji anthurium dan keringkan di atas koran. Setelah benar-benar kering, biji anthurium kemudian direndam lagi di air. Bila tidak terbentuk jelly, benih sudah siap di semai.
Sphagnum moss
Sphagnum moss juga bisa digunakan sebagai media semai anthurium. Pemakaian moss sebagai media semai memudahkan pemindahan anthurium dari persemaian. Tanaman mudah dicabut tanpa menimbulkan luka pada perakaran. Akibatnya proses adaptasi di lingkungan baru lebih mudah. Siapkan wadah plasti ukuran 20 cm x 30 cm atau 30 cm x 40 cm yang diisi pecahan genting hingga 1/3-nya, sisanya (2/3) diisi dengan moss. Setelah dipadatkan dan diratakan, buat lubang-lubang kecil sebagai tempat biji. Biji ditutup tipis-tipis dengan serbuk moss dan disiram dengan sprayer. Tutup bagian atas persemaian dengan plasti bening. Sebulan kemudian biji anthurium mulai bertunas dan tutup plastik bisa dilepas.

  1. Pilih anthurium yang bonggolnya sudah terlihat.
  2. Cabut anthurium dari pot.
  3. Cuci bersih batang dan akar agar sosoknya terlihat jelas.
  4. Gunakan pisau stinless steel tajam untuk memotong bonggol. Potong bonggol menjadi 4 bagian dengan masing-masing potongan 1 cm.
  5. Oleskan campuran fungisida dan hormon perangsang akar dibekas luka bonggol bagian paling atas yang berdaun. Lalu keringanginkan. Oleskan campuran fungisida dan hormon perangsang tunas di bekas luka bonggol bawah.
  6. Buang akar yang menempel di potongan bonggol bagian bawah agar tunas dapat tumbuh leluasa. Lalu keringanginkan.
  7. Tanam potongan bonggol di pot beriasi media campuran pakis, sekam bakar, dan cocopeat dengan perbandingan 3:1:1.
  8. Siram tanaman menggunakan sprayer keesokan harinya.
  9. Selang 3-4 bulan, tanaman sudah berdaun 3-4 dengan tinggi tanaman 3-4 cm.

TIP 1 POTONG BONGGOL
Untuk memacu pertumbuhan, maka bagian bawah bonggol diberi hormon tunas. Yang atas diberi hormon akar. Bonggol anthurium yang dipotong mempunyai stok hara di bagian bawah. Agar bonggol itu cepat menghasilkan tunas, rangsang dengan hormon tunas. Sedangkan bagian atas bonggol diolesi hormon akar untuk merangsang munculnya banyak akar.

TIP 2 POTONG BONGGOL
Saat memotong bonggol anthurium, usahakan daun tetap ikut di bonggol. Daunnya jangan dibuang agar tetap berfotosintesis. Hindari pemotongan bonggol saat daun masih kuncup karena ukurannya akan mengecil. Jadi, usahakan daun sudah terbuka atau tua.

PERBANYAKAN DENGAN IRIS ANAKAN

  1. Siapkan anthurium yang sudah memiliki anakan.
  2. Pisahkan tunas denga cara memotong bonggolnya. Lebar irisan sekitar 1 cm dari tepi bonggol tempat tunas tumbuh.
  3. Olesi dengan hormon perangsang akar yang sudah dicampur fungisida.
  4. Tanam di media baru.

POTONG BIBIT

  1. Pilih bibit berumur 6-10 bulan, atau memiliki 6-8 lembar daun. Keluarkan dari wadah.
  2. Siapkan pisau tajam dan steril.
  3. Potong bonggol itu, bonggol bagian atas maupun bawah harus memiliki akar. Bila tidak, keduanya tidak dapat tumbuh.
  4. Siapkan wadah yang sudah diisi media.
  5. Oleskan hormon akar dan fungisida ke luka bonggol bagian atas.
  6. Oleskan hormon tunas dan fungisida ke luka di bonggol bagian bawah.
  7. Tanam bonggol dengan permukaan bonggol muncul di permukaan media.
  8. Tanam bagian atas seperti menanam tanaman baru.
  9. Setelah 4-6 bulan, Masing-masing individu tadi menghasilkan 3-4 lembar daun.

TIP POTONG BONGGOL KECIL
Mmotong bonggol kecil dari biji agak sulit karena mudah busuk. Ini karena batangnya pendek dan mamiliki susunan daun rapat. Karena itu jika ingin memotong,hindari menggunakan gunting agar batang tidak tertekan. Gunakan pisau tajam, tipis, dan steril.

PEMUPUKAN TIP 1
Agar pupuk efektif diserap tanaman, lakukan penyehatan akar terlebih dahulu. Akar yang banyak dan sehat akan dapat menyerap pupuk lebih banyak. Beragam merek pupuk bisa digunakan. Ada yang menggunakan Gaviota dua kali seminggu dengan dosis 2 cc/l air. Sementara pekebun lain memakai Growmore dengan dosis masing-masing 2 g/l air. Penyemprotan 1-2 kali seminggu. Ada pula yang memakai Hyponex dengan dosis 1-2 g/l air dengan frekuensi 2 kali seminggu.
Apapun merek yang dipakai, yang penting kandungan NPK-nya sesuai untuk fase pertumbuhan. Tidak perlu fanatik dengan merek tertentu. Pilih saja 2-3 jenis yang kandungannya agak berbeda sehingga saling melengkapi. Gunakan secara bergantian. Dengan memakai berbagai merek, kandungan hara mikro jadi lengkap.
Pemupukan dilakukan pagi atau sore hari. Hindari pemupukan pada siang hari karen bisa terjadi akumulasi garam-garam di permukaan jaringan tanaman. Akibatnya penyerapan air dan hara terhambat oleh garam-garam itu. Bila terus berlanjut, pertumbuhan tanaman lebih terhambat.

PEMUPUKAN TIP 2
Sebagai pupuk tambahan di musim hujan, diberikan kalsium bubuk. Tujuannya menebalkan dinding sel. Dengan demikian serangan busuk tidak mampu menembus bagian dalam tanaman. Sekitar sebulan menjelang musim hujan, berikan kalsium bubuk 3 kali, masing-masing sebanyak 1 sendok the dalam 2 liter air. Dengan perlakuan itu, tanaman jarang kena busuk.

REPOTTING

  1. Siapkan tanaman yang akan di pot ulang.
  2. Siapkan media, pot besar dan styrofoam.
  3. Masukkan styrofoam dan media ke dalam pot.
  4. Keluarkan tanaman dari potnya.
  5. Tanam di pot.
  6. Tanaman siap dipajang.

http://duniaflora.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=10&artid=28

PENANAMAN SANSEVIERIA

Sansevieria memiliki rentang toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan. Sifat ini sangat menguntungkan pada proses budi daya dan penyebarannya.

Daya tahan sansevieria yang cukup kuat dan rentang toleransinya yang cukup tinggi terhadap kondisi lingkungan yang kurang mendukung menjadi faktor yang menguntungkan dalam penanamannya. Sansevieria memungkinkan ditanam dalam berbagai kondisi lingkungan, mulai di dalam ruangan, lahan terbuka, sampai penanaman denagn sistem hidroponik. Setiap lingkungan tumbuh tersebut tentunya memiliki kareteristik yang berbeda-beda. Karenanya, cara penanaman maupun perawatannya tidaklah sama.

A. Penanaman di Pot

Penanaman sanseveiria di dalam pot biasanya ditujukan untuk penghias ruangan(indoor plant). Meskipun demikian, tidak sedkit juga sansevieria dalam pot ditempatkan di luar ruangan, misalnya di beranda rumah.

a. Pemilihan Media Tanam

Pada dasarnya sansevieria membutuhkan media tanam yang porous, bertekstur kasar, dan mengandung sedikit bahan organik. Hal ini sangat penting mengingat tanaman sansevieria tidak menghendaki kondisi media yang terlalu lembap. Media tanam yang porous menjamin tersedianya oksigen bagi akar tanaman. Porositas yang tinggi juga menunjukkan drainase yang baik. Dengan demikian, media tidak akan menyimpan air terlalu banyak. Kandungan air yang tinggi pada media tanam bisa menyebabkan akar membusuk

Keasaman(pH) media tanam yang ideal untuk sansevieria adalah 5,5-7,5. Meskipun demikian tanaman ini bisa bertoleransi pada rentang pH 4,5-8,5. Pada kondisi asam, penyerapan hara nitrat dan fosfor akan terhambat. Kondisi asam juga mendorong bebasnya besi dan almunium yang jutru merupakan racun bagi tanaman. Selain itu, media tanam yang terlalu asam merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan pathogen. Akibatnya, tanaman menjadi sangat rentan terhadap serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur seprti busuk rimpang dan busuk daun.

Jika pH terlalu rendah, media memerlukan penambahan kalsium karbonat(CaCO3) atau kapur. Dalam hal ini, unsur yang berperan dalam menaikan pH adalah kalsium. Sebaliknya, jika media terlalu basa, kita bsia menambahkan sulfur untuk menurunkan nilai pH. Selain itu, sulfur juga termasuk salah satu unsur yang dibutuhkan tanaman meskipun dalam jumlah sedikit.

Jenis media tanam yang biasa digunakan di antaranya tanah, pasir, pupuk organik, bahan organik, dan bantuan.

1. Tanah adalah jenis media yang lazim digunakan untuk tanaman. Sebaiknya tanah untuk sansevieria bukan jenis tanah liat karena porositasnya kecil. Jenis tanah berporositas tinggi diantaranya adalah tanah merah(latosol). Selain itu, penggunaan tanah sebagai media tanam sansevieria dapat menyediakan beberapa unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman.
2. Pasirsangat bagus digunakan sebagai media tanam sansevieria, terutama yang ditempatkan dalam ruangan. Selain porositasnya tinggi, pasir mempunyai kapasitas tukar kation yang rendah sehingga sangat lambat dalam melepaskan unsur hara. Jenis pasir yang umum digunakan adalah pasir malang.
3. Bahan Organik Sumber bahan organik bisa berupa sekam mentah, sekam bakar, cocopeat,d an cacahan akar pakis. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang tidak banyak, bahan ini berfungsi untuk memperbaiki tingkat aerasi media tanam. Di samping itu, penggunaan arang sekam dapat menyediakan unsur kalium bagi tanaman.
4. Arang paling baik untuk campuran media tanam sansevieria adalah arang batok kelapa. Arang ini memiliki tekstur yang lebih halus dan tidak mudah lapuk sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama.
5. Pupuk Organik bisa berupa pupuk kandang, misalnya kotoran kambing dan kotoran sapi. Pupuk kandang yang akan digunakan harus yang sduah matang. Bahan ini mengandung unsur N, P, K, yang berguna bagi tanaman.
6. Batuan umumnya digunakan untuk melapisi permukaan media tanaman besih. Batuan yang umum digunakan adalah zeolit, kerikil, dan batu kali. Batuan ini sebernanya juga bisa digantikan denagn pecahan bata merah. Selain sebagai elelmen dekoratif, batuan ini bisa menjaga kelembapan dan menstabilkan keasaman media tanam karean mengandung kalsium. Selain itu, batuan di permukaan media bisa menghambat pertumbuhan gulma. Pecahan bata merah bahkan bsia mengikat air sehingga juga sangat cocok untuk penanaman sistem hidroponik.

Bebagai macam media tersebut umumnya digunakan dalam bentuk campuran. Komposisi campuran bahan-bahan tersebutr berbeda-beda, tergantung pada ketersediaan bahan dan kondisi lingkungan. Berikut komposisi dari campuran media tanam yang digunakan

Tabel 1. Komposisi campuran media tanam

Jenis
Pasir
Tanah
Bahan Plastik
Pupuk Plastik
Arang
Komposisi A
1
1
1
Komposisi B
2
1
1
1
Komposisi C
3
1
1
Komposisi D
2
2
1
Komposisi E
2
2
1
0.5

a. Pemilihan Pot

Terdapat beberapa jenis pot yang bisa digunakan untuk menanam sansevieria. Kita bisa memilih pot yang terbuat dari tanah, keramik, semen, maupun pot yang bahan dasarnya plastik. Ukuran pot pun bervariasi. Kita bisa memilih jenis dan ukuran pot berdasarkan pertimbangan berikut.

 

 

1 Pilih pot yang sesuai dengan tempat peletakan pot dan yang terlihat serasi dengan jensi sansevieria yang ditanam
2. Pot yang terbuat dari tanah liat dan semen bersifat porus sehingga air bisa menguap dari permukaannya. Konsekuensinya, kandungan air media cepat habis sehingga perlu penyiraman lebih sering. Namun, tanah liat bersifat mudah ditembus(permeable) oleh udara, sehingga ketersediaan oksigen bagi akar tanaman lebih terjamin
3. Pot dari keramik atau plasitk bersifat tidak meloloskan air, sehingga kelembapan media akan bertahan dalam waktu lebih lama

http://duniaflora.com/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=5&infoid=22

RAGAM SANSEVIERIA

A.Asal Keragaman Sansevieria
Pada penamaan sansevieria biasanya dicantumkan nama species, kemudian diikuti dengan nama varietas atau kultivarnya. Nama varietas atau varian ditulis dengan menyertakan tulisan “var.”, sedangkan kutivar biasanya ditulis dalam tanda petik (‘… ‘). Nama kultivar bisa berasal dari nama daerah, julukan tertentu, atau berdasarkan nama orang yang berhasil menghasilkan kultivar tersebut. Misalnya, Sansevieria trifasciata ‘lorentii’.

Sansevieria trifasciata ‘lorentii‘ –> genus –> Spesies –> Kultivar

Hingga saat ini, sedikitnya telah ditemukan sekitar 60 spesies sansevieria dengan 800 varietas dan kultivar. Kultivar sansevieria bisa terbentuk secara alami maupun dengan rekayasa manusia. Jumlah kultivar yang ada hingga saat ini akan terus bertambah mengingat semakin banyak dilakukannya proses hibridasi dan mutasi. Tidak mustahil pula sudah ditemukan lagi spoesies baru di alam

a.
Hibridisasi merupakan proses perkawinan silang antar kultivar atau subspesies, antar spesies, antargenus, atau anatarfamili. Keturunan yang dihasilkan disebut hybrid atau hibrida. Sifat hibrida berbeda dengan tanaman induk, bahkan bisa menjadi spesies atau kultivar baru. Hibridisasi bisa terjadi secara alami maupun buatan. Hibridisasi alami bisa terjadi denagn bantuan angin atau serangga. Sementara itu, hibridisasi buatan dilakukan oleh para breeder atau pemulia tanaman.
b.

Mutasi Sansevieria sangat mudah mengalami mutasi. Pasalnya, tanaman ini memiliki gen yang tidak stabil. Terutama pada sansevieria trifasciata. Pada sansevieria, mutasi sering disebut dengan ‘chimera’. Perubahan yang terjadi menyangkut warna daun, corak warna daun, atau bnetuk daun. Anakan tanaman yang mengalami mutasi, sama halnya dengan hibrida, bisa menjadi kultivar atau spesies baru. Mutasi pada sansevieria bisa bersifat sementara, bisa juga permanen.

1. Mutasi Sementara
Tanaman yang mengalami mutasi sementara akan kembali seperti asalnya jika mendapat perlakuan tertentu. Mutasi ini diantaranya disebabkan oleh beberapa hal berikut.

Perbanyakan sansevieria melalui stek daun.
contohnya, hasil stek daun sansevieria ‘hahnii’ bisa jadi sansevieria ‘golden ‘hahnii’. Namun, setek daun ‘sansevieria golden ‘hahnii’ akan menjadi sansevieria ‘hahnii’ kembali.
Perubahan perlakuan pearawatan.
Misalnya, pemberian pupuk organik cair secara berlebihan dapat menyebabkan perubahan bentuk daun sementara. Setalah pemberain pupuk dihentikan, sansevieria tersebut akan kembali ke bentuk semula.

Jangan Pisahkan Anakan Albino dari Induknya

Pada beberapa kasus, tanaman yang bermutasi akan menghasilkan tunas anakan yang seluruh daunnya berwarna kuning atau keputih-putihan. Sansevieria seperti ini tentu sangat menarik. Namun, ada hal penting yang harus diperhatikan ketika menemukan anakan yang sama sekali tidak memiliki hijau daun seperti ini. Anakan ini tidak boleh dipisahkan dari induknya. Pasalnya, anakan albino ini tidak bisa berfotosintesis sendiri dan hanya mengandalkan kehidupan dari induknya. Jika dipisahkan, dalam waktu 1-2 bulan dipastikan tanaman akan mati. Peringatan ini juga penting untuk Anda yang akan membeli sansevieria. Jangan sampai Anda membeli sansevieria albino tanpa induknya, karena dipastikan tidak akan bertahan lama.

2. Mutasi Permanen
Dampak perubahan pada sansevieria yang mengalami mutasi permanen bersifat tetap. Mutasi permanen diantaranya dapat diupayakan dengan perlakuan berikut.

Penyinaran dengan sinar ultarviolet, sinar X, atau sinar gamma.Penyinaran ini dilakukan untuk mengubah susunan kromosom dalam gen tanaman. Misalnya dengan cara memotong rantai kromosom, menambah komponen kromosom, atau mengurangi komponen kromosom. Ketika susunan kromosom tanaman berubah, maka selsecara keseluruhan akan berubah. Perubahan ini diturunkan kepada anakan yang dihasilkan dari pemisahan rimpang, setek pucuk, atau setek rimpang. Namun, mutasi ini tidak dijamin diturunkan kepada anakan yang berasal dari hasil setek daun atau persilangan.
Pemberian kolkisin(colchicines).
Kolkisin merupakan hasil ekstrasi dari umbi dan biji tanaman autumncrocus (colchicum autmnale) yang berasal dari Eropa. Senyawa bsa denagn rumus kimia C22H25O6N ini merupakan senyawa alkoid yang mudah larut dalam air. Kolkisin bekerja dengan cara mencegah pembelahan kromosom saat terjadi pembelahan sel. Dengan demikian, jumlah kromosom dalam sel menjadi berlipat. Pada sansevieria, ada beberapa teknik pemberian kolkisin yang sering dilakukan. Di antaranya, dengan menyemprot ke titik tumbuh secara berulang, merendam biji, atau merendam daun yang akan disetek denagn konsentarasi yang berbeda-beda. Namun perlu diingat, penggunaan kolkisin harus dilakukan secara hati-hati, karena berbahaya jika mengenai tangan kita.

http://duniaflora.com/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=5&infoid=20

MENGENAL SANSEVIERIA

Pada zaman dahulu, orang memanfatkan daun sansevieria sebagai penghasil serat, yakni untuk membuat tali anyaman, jangkar kapal dan kain. Namun sejak awal abad ke-19, sansevieria dianggap sebagai komoditas tanaman hias yang penting di dunia. Bentuk dan corak daunnya yang indah dan sangat beragam ternyata mampu memikat hati para penggemar tanaman hias.

Sansevieria adalah tumbuhan yang tumbuh menahun (perennial). Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, sansevieria ini telah ada sejak puluhan tahun lalu. Pada awalnya, sansevieria yang dikenal secara luas adalah jenis ‘ceylon bowstring hemp’ (sansevieria trifasciata ‘lorentii mein liebling’), yang banyak menghasilkan serat rami. Mengingat kualitas serat yang baik, maka tumbuhan ini dibudidayakan.

Saat ini sansevieria telah berkembang menjadi komoditas yanng sangat penting dalam bisnis tanaman hias dunia. Sejak abad ke-19, sekitar tahun 1920-an tanamn sansevieria sudah menjadi komoditas dagang di Amerika, terutama di Florida. Di sana sansevieria populer sabagai indoor plant. Sekitar 1930-an, demam sansevieria mewabah ke benua Eropa.

 

A. Klasifikasi Tanaman

Sansevieria mempunyai banyak nama. “Lidah mertua (mother-in law tongue)” merupakan julukan yang kerap diberikan pada tanaman tak berdahan ini. Ada juga yang menamainya “tanaman pedang-pedangan” karena bentuk daunnya yang runcing menyerupai pedang. Beberapa yang lain menyebutnya “tanaman ular” (snake plant) karena pada beberapa jenis coraknya menyerupai sisik ular.

Para ahli biologi menjuluki tanaman sansevieria sebagai tanaman perintis karena mampu hidup di tempat yang tidak bisa di tumbuhi tanamn lain. Julukan-julukan lainnya adalah “century plant”, “lucky plant”, “the devil luck”, “judas sward”, dan “african’s devil”. Nama “sansevieria merupakan bahasa latin untuk genus yang terdiri dari beragam spesies.

Dalam ilmu taksonomi yang membagi makhluk hidup ke dalam lima kerajaan (Kingdom), tanaman sansevieria diklasifikasikan ke dalam famili Agavaceae (century plant) yang umumnya mempunyai daun berdaging tebal dan banyak mengandung air.

Klasifikasi sansevieria secara lengkap sebagai berikut.

Level Hirarki
Latin
Indonesia
Kingdom
Plantae
Tumbuhan
Subkingdom
Tracheobionta
Tumbuhan berpembuluh
Superdivisi
Sprematophyta
Tumbuhan berbiji
Divisi
Magnoliopyhta
Tumbuhan berbunga
Kelas
Liliopsida
Monokotil (berbiji tunggal)
Subkelas
Liliidae
Ordo
Liliales
Famili
Agavaceae
Genus
Sansevieria Thunb.
Sansevieria
Spesies
Misa,Sansevieria trifasciata, Sansevieria cylindrica, dan Sansevieria kirkii

 

B. Mengenal Bagian-bagian Tanamn Sansevieria

a. Akar

Lazimnya tumbuhan berbiji tunggal (monokotil), akar sansevieria berbentuk serabut. Akar berwarna putih ini tumbuh dari bagian pangkal daun dan menyebar ke segala arah di dalam tanah

b. Rimpang (Rhizoma)

Selain terdapat akar juga terdapat organ yang menyerupai batang, orang menyebut organ ini sebagai rimpang atau rhizoma yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sari-sari makanan hasil fotosintesis. Rimpang juga berperan dalam perkembang biakan.Rimpang menjalar di bawah dan kadang-kadang di atas permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan jaringan meristem yang selalu tumbuh memanjang.

c. Daun

Tanaman sansevieria mudah dikenal dari daunnya yang tebal dan banyak mengandung air (fleshy dan succulent) sehingga dengan struktur daun seperti ini membuat sansevieria tahan terhadap kekeringan. Pasalnya, proses penguapan air dan laju transpirasi dapat ditekan. Daun tumbuh di sekeliling batang semu di atas permukaan tanah. Bentuk daun penjang dan meruncing pada bagian ujungnya. Tulang daun sejajar. Pada beberapa jenis terdapat duri.

d. Bunga

Bunga sansevieria terdapat dalam malai yang tumbuh tegak dari pangkal batang. Bunga sansevieria termasuk bunga berumah dua, putik dan serbuk sari tidak berada dalam satu kuntum bunga. Bunga yang memiliki putik disebut bunga betina, sedangkan yang memiliki serbuk sari disebut bunga jantan. Bunga ini mengeluarkan aroma wangi, terutama pada malam hari.

e. Biji

Biji dihasilkan dari pembuahan serbuk sari pada kepala putik. Biji memilki peran penting dalam perkembangbiakan tanaman. Biji sansevieria berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil lainnya. Bagian paling luar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Di sebalah dalm kulit terdapat embrio yang merupakan bakal calon tanaman.

 

C. Lingkungan Tumbuh Sansevieria

a. Suhu Lingkungan

Di habitat aslinya, sansevieria terbiasa dengan perbedaan suhu yang ekstrem. Pada siang hari suhunya sangat tinggi, bisa mencapai 55?C. Sebaliknya pada malam hari suhu turun hingga di bawah 10?C. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 24-29?C pada siang hari dan 18-21?C pada malam hari.

Suhu udara sangat erat kaitannya dengan laju penguapan dari jaringan tumbuhan ke udara. Semakin tinggi suhu udara, maka laju transpirasi akan semakin tinggi. Jika suhu berada di bawah batas toleransi, kegiatan metabolisme tumbuhan akan terganggu atau malah terhenti.

b. Curah Hujan dan Kelembapan Udara

Daerah gurun yang merupakan asal sansevieria umumnya curah hujan rendah dengan jumlah bulan hujan sangat singkat. Curah hujan biasanya tidak lebih dari 250mm/tahun. Ditambah dengan suhu siang hari yang sangat panas menyebabkan daerah ini sangat kering. Pasalnya, penguapan lebih tinggi daripada curah hujan. Hal inilah yang menyebabkan tanaman ini tahan hidup di lingkungan dengan kelembapan yang sangat rendah.

c. Cahaya

Semua tumbuhan hijau membutuhkan cahaya matahari untuk mensintesis makanan. Sansevieria membutuhkan cahaya matahari yang cukup (1.000-10.000 fc) untuk menjamin pertumbuhan yang baik. Meskipun di habitat aslinya tumbuhan ini hidup dengan cahaya matahari yang berlimpah, sansevieria mempunyai toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang kekurangan cahaya. Tanaman ini akan melambat pertumbuhannya jika diletakkan di ruangan dengan pencahayaan kurang dari 15fc.

Ada dua jenis sansevieria berdasarkan kebutuhannya terhadap cahaya matahari. Pertama, jenis sansevieria yang membutuhkan cahaya matahari penuh atau full sun. Misalanya, Sansevieria cylindrica, Sansevieria liberica, Sansevieria trifaciata. Kedua, jenis sansevieria yang menghendaki cahaya matahari yang tidak langsung atau tipe shade. Tanaman ini tumbuh baik di tempat yang ternaungi. Sansevieria yang masuk dalam katagori ini umumnya berdaun kuning, misalnya Sansevieria hyacinthoides dan jenis ‘hahnii’.

d. Kondisi Tanah

Tanah gunrun sangat porus. Butirannya banyak mengandung pori-pori udara dan mudah sekali meloloskan air. Umumnya, tanah di lingkungan tersebut didominasi oleh tanah pasir dengan campuran jenis lain. Oleh karena itu, akar tanaman sansevieria sangat membutuhkan tanah yang tidak terlalu lembab dan beraerasi baik.

 

D. Kegunaan Sansevieria

a. Bahan Serat

Salah satu nama yang diberikan kepada sansevieria adalah “bowstringhemp” yang berarti serat yang digunakan untuk mengikat. Hal ini beralasan, karena daun tumbuhan ini dahulunya sering dijadikan sebagai pengikat. Serat daunnya panjang, mengkilap, kuat, elastistis dan tidak merapuh meskipun terkena air. Karena keunggulan sifat-sifat serat daun sansevieria digunakan sebagai bahan baku pakaian. Beberapa negara seperti Cina, dan Selandia Baru membudidayakan sansevieria sebagai bahan baku serat pada industri tekstil. Jenis yang biasa ditanam untuk keperluan ini di antaranya Sansevieria cylindrica ‘aethiopica’, Sansevieria kirkii ‘perinii’, Sansevieria trifasciata ‘lorentii mein liebling’, dan Sansevieria zeylanica.

b. Obat Tradisional

Di daerah Afrika, sansevieria telah lama digunakan oleh penduduk lokal sebagai penghalau racun akibat gigitan ular dan serangga. Di beberapa daerah Asia, getah tumbuhan ini digunakan sebagai cairan antiseptik dan daunnya digunakan untuk membalut luka pada tindakan P3K.

Bagi penderita diabetes, daun tanaman ini bisa menjadi obat alternatif. Jenis yang digunakan adalah Sansevieria trifasciata ‘lorenttii’. Cara penggunaaanya, beberapa lembar daun dipotong-potong dan direbus dengan tiga gelas air hingga mendidih dan tersisa satu gelas. Sisa air ini kemudian diminum kepada penderita. Dengan cara yang sama, ramuan ini juga sering digunakan oleh penderita ambeien.

c. Antipolusi

Di dalam tiap helai daun sansevieria terdapat senyawa aktif pregnane glykoside, yaitu zat yang mampu menguraikan zat beracun menjadi senyawa asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. Beberapa senyawa beracun yang bisa diuraikan oleh tanaman ini diantaranya kloroform, benzen, xilen, formaldehid, dan triklorotilen. Kloroform adalah senyawa beracun yang menyerang sistem saraf manusia, jantung, hati, paru-paru, dan ginjal, melalui sistem pernafasan dan sirkulasi darah.

Kemampuan sansevieria untuk meymenyerap racun membuatnya akrab dalam penghijauan lingkungan. Di jalur hijau, tanaman ini dimanfaatkan untuk menyerap racun asap buangan kendaraan dari knalpot. Sementara itu sebagai tanaman hias indoor, sansevieria bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas karbondioksida, zat nikotin dari asap rokok, dan penggunaaanAC dalam ruangan. Satu tanaman sansevieria trifasciata ‘lorentii’ dewasa berdaun 4-5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20m2.

Dengan kemampuan ini pula, ibu rumah tangga yang sering beraktivitas di dapur bisa memetik manfaat dari tanaman sansevieria. Peletakan sansevieria di dapur dapat menyegarkan udara dengan menyerap gas karbondioksida dan monoksida sisa pembakaran dari kompor.

http://duniaflora.com/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=5&infoid=21

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Bu, daun Carmen-nya kok ada bercak kuningnya ya?”

Tentu tidak enak rasanya bila pembeli di nursery Anda merasa kecewa dengan aglaonema pilihannya. Sebagai calon pemilik nursery, hal tersebut merupakan persoalan yang patut dihindari. Anda perlu memperluas wawasan tentang hama, penyakit, dan hal lainnya yang dapat menurunkan kualitas aglaonema. Berikut adalah jenis-jenis hama dan penyakit lainnya.

HAMA
Hama adalah hewan penggangu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda.. Setiap hama memiliki cara penanggulangan tersendiri.

1. Kutu Putih / Kutu Kebul
hama & penyakit aglaonemaKutu ini lebih banyak menyerang aglaonema di dataran rendah dibanding dengan di dataran tinggi. Kutu putih whitefly ini dapat ditemukan di batang dan daun bagian bawah. Kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun. Hal ini dapat ditanggulangi dengan membersihkan dengan kapas yang telah dicelupkan insektisida encer. Setelah itu, daun disemprotkan kembali dengan insektisida. Insektisida kontak atau sistemik yang bisa digunakan, seperti mitac 200 EC dosis 1-2 ml/l, Decis 1 cc/l, dan Cofidor 200 SL dosisi 1 ml/l.

2. Ulat
hama & penyakit aglaonemaHama ulat ada yang menyerang daun, yaitu spodoptera sp., ditandai dengan daun muda atau setengah tua yang rombeng dari pinggir. Ada juga ulat yang menyerang batang, yaitu noctuidae. Penanggulangannya dapat dilakukan dengan menggambil ulat secara mekanis. Namun, bila jumlahnya sudah banyak, ulat dapat dibasmi dengan menyemprotkan insektisida 2 minggu sekali. Insektisida yang dapat digunakan adalah Decis 25 EC 0,5-1 ml/l, Atabron 1 ml/l, atau Buldok 25 EC dosis 0.5-2 ml/l.

3. Belalang
Gejala penyerapan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng. Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun-belalang tidak bisa terbang dengan sayap basah. Anda juga dapat menyemprotkan Confidor 200 SL dosis 1 ml/l. Campurkan Decis 2,5 EC dosis 0,75-1 ml/l dengan frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali.


4. Kutu Perisai

Hama ini menyerang bagian daun. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang punggung daun, Sesuai namanya, kutu ini memiliki bentuk fisik seperti perisai pada bagian punggungnya. Kutu perisai diatasi dengan menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.


5. Root Mealy Bugs

Hama ini menyerang bagian akar tanaman, bentuknya seperti kutu putih. Tanaman menjadi kurus, kerdil daunnya mengecil dan layu. Anda dapat menanggulangainya dengan mengganti media tanam. Selain itu, gunakan insektisida Confidor 200 SL dosis 0,5-0,75 ml/l atau Supracide 25 WP dosis 1-2 g/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.

6. Kutu Sisik
Menyerang bagian daun, pelepah, batang, dan bunga. Bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang jauh lebih kecil. Kutu sisik dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu dan akhirnya mati. Bersihkan kutu sisik dengan cara dikerik. Anda juga dapat menyemprotkan insektisida Confidor 200-SL atau Agrimex 18 EC dosis 1 ml/l dengan frekuensi 1 minggu sekali.

 
PENYAKIT
Penyakit pada tanaman khususnya aglaonema disebabkan oleh 2 patogen, yaitu cendawan dan bakteri. Jumlah cendawan yang menyebabkan penyakit umumnya lebih banyak dibanding bakteri. Bagian tanaman yang terkena bakteri biasanya mengeluarkan bau tidak sedap.

1. Busuk Akar
Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, serta akarnya berwarna coklat kehitaman. Busuk akar disebabkan karena media yang terlalu lembap sehingga menyebabkan cendawan cepat berkembang. Tanggulangi busuk akar dengan mengganti media baru yang lebih porous, lalu potong bagian akar yang busuk dan oleskan fungisida pada bekas potongan. Bisa juga dengan menyemprotkan fingisida Previcur N dosis 1 ml/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.

2. Layu Fusarium
Gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi cokelat keabuan lalu tangkainya membusuk. Penyababnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam jadi ber-pH rendah. Kondisi tersebut membuat cendawan fusarium oxysporium leluasa berkembang. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara mengganti media tanam. Dapat juga dengan menyiramkan fungisida Derosol 500 SC dosis 1,5 ml/l setiap 2 minggu. Bisa juga diatasi dengan menyemprotkan fungsida Folicur 25 WP 1-2 g/l atau Folocur 250 EC 1-2 ml/l atau Delsane MX 200 dosis1 g/l. Penyakit ini dapat dicegah dengan menyiramkan Folicur 250 EC dengan konsentrasi 2 ml/l setiap 2 minggu sekali.

3. Layu Bakteri
Dari namanya tentu dapat diketahui bahwa penyakit tanaman disebabkan oleh bakteri. Layu bakteri ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tak sedap. Untuk mencegahnya, media tanam harus tetap dijaga agar tidak terlalu basah dan lingkungan sekitar tidak terlalui lembap. Atasi layu fusarium dengan menyemprotkan bakterisida Agrept dosis 1-2 ml/l atau Starner dosis 1 g/l setiap 2 minggu sekali.


4. Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan. Sesuai namanya, penyakit ini ditandai dengan adanya bercak daun yang lama kelamaan akan membusuk. Bercak daun ini dapat diatasi dengan langsung memotong daun yang busuk. Dapat juga menyemprotkan fungisida folicur 25 WP dosis 1-2 g/l atau folicur 250 EC dosis 1-2 ml/l. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan Score dosis 1 cc/l. Frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali. Pupuk berkadar kalsium tinggi juga dapat membantu mengatasi penyakit ini.

VIRUS
Adanya virus pada aglaonema ditandai dengan daun yang berlubang menjadi kekuningan atau menjadi keriting. Perubahan tersebut karena virus dapat menghancurkan klorofil dan jaringan lainnya pada daun. Tanaman yang terjangkit virus tidak dapat ditanggulangi. Perawatan dan pengendalian lingkungan yang baik merupakan cara pencegahan yang paling efektif. Virus dapat menyebar dengan bantuan vektor seperti hama pengisap cairan tanaman dan penggunaan alat potong yang tidak steril.

Kelainan Fisiologis
Gejala fisiologis disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti sinar matahari, suhu, defisiensi hara, air, dan tingkat keasaman. Sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan daun mengering dan layu. Bercak coklat akan timbul bila daun yang tidak berklorofil terbakar sinar matahari.

 

Sumber cahaya yang tidak merata dan posisi tanaman yang tidak pernah diputar menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi miring. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan warna daun pada aglaonema menjadi memucat. Selain itu, kelebihan air dapat menyebabkan daun menguning

 
Disamping gejala-gejala tersebut, pernahkah Anda melihat daun aglaonema menjadi kecil dan kerdil? Hal itu bisa disebabkan oleh defisiensi hara, media yang sudah lama tidak diganti, atau aglaonema tidak cocok dengan ketinggian tempat.

http://duniaflora.com/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=2&infoid=6

SEKILAS AGLAONEMA

Luar biasa! Hebat! Kata itulah yang pas untuk melukiskan sosok turunan Aglaonema cochinchinense. Dialah mung mee srisuk alias rainamira. Puluhan helai daun bergerombol membentuk tajuk yang kompak. Sekitar 80% permukaan daun berwarna merah merona. Pucuk dihiasi warna kuning dengan tepi daun hijau tua. Pantas ia merebut kampiun saat Kontes Piala Raja di Suan Luang, Bangkok, pada Agustus 2004.

Seorang penggemar di Jakarta yang berkunjung ke sana langsung kepincut begitu melihat panampilannya. Harga sebuah kesenangan memang mahal. Betapa tidak, untuk sebuah pot aglaonema jawara itu ia menebusnya Rp 60-juta, setara dengan harga rumah BTN tipe 21 di pinggiran Jakarata. Itulah Aglaonema asal Thailand yang masuk ke Indonesia.

Namun, bukan berarti itu harga yang paling mahal. Ada yang luar biasa lagi, Adelia berdaun cuma 10 lembar dihargai Rp 100-juta alias Rp 10-juta per helai daun 7 tahun silam. Aglaonema mewah itu memang spektakuler. Tidak hanya harganya menggapai langit, tetapi pola warnanya juga unik pada waktu itu, bermotif batik. Itulah motif batik pertama pada Aglaonema. Setelah itu menyusul pola warna serupa dengan nama tiara, shinta, juwita, raina, sexy pink, hot lady, dan srikandi.

A. Warisan Kekayaan Alam
Warisan kekayaan alam yang berharga selangit itu memang menggiurkan. Namun, itu semua adalah karya rekayasa para penyilang. Di alam, tentu saja tidak ditemukan pola warna aglaonema serupa adelia atau rainanmira.

Tanaman hias yang juga berjuluk chinese evergreen itu berasal dari Asia Tenggara. Disebut demikian karena daunnya senantiasa hijau. Panggilan itu kini tampaknya sudah tidak cocok lagi setelah bermunculan aglaonema hibrida berdaun merah menyala atau jingga. Aglaonema yang semula berwarna putih hijau kini sudah berubah menjadi aneka variasi warna. Pionir perubahan itu di dunia adalah Gregori Garnadi Hambali, penyilang aglaonema asal Bogor, Indonesia. Ia mencoba menyilangkan Aglaonema commutatum ‘tricolor’ x Aglaonema rotundum, hasilnya pride of Sumatera yang berwarna hijau dengan tulang merah. Di balik daun merah ungu.

Di alam, aglaonema di jumpai di hutan-hutan di bawah pohon, tidak terkena sinar matahari langsung. Tanah tempat tumbuhnya tidak tergenang air. Berdasarkan sebarannya, terbukti aglaonema tahan terhadap perbedaan kelembapan. Ia tumbuh baik di tempat dengan kelambapan rendah maupun tinggi.

Hibrida aglaonema sudah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sumber penyebaran itu ada di kawasan tropis, terutama di kawasan Asia Tenggara. Dari semua spesies itu yang paling populer di Indonesia saat ini ialah Aglaonema rotundum dan Aglaonema commutatum. Kedua spesies itulah yang kerap kali dibuat sebagai induk untuk menghasilkan hibrida lain. Kedua spesies itu ternyata ada di Indonesia.

B. Penghias Rumah
Kini penghias hutan alam itu pindah ke halaman rumah. Semua berkat jasa para penyilang yang dibantu penyebarannya oleh nurseri-nurseri di berbagai Negara. Bila dahulu hanya Aglaonema hijau seperti sitipon, golden fantasi, dan milkyway yang menghiasi rumah. Kini yang merah pun sudah mulai mewabah, seperti donna Carmen, pride of Sumatera, dan lady valentine.

Demikian juga nurseri tanaman hias, hampir seluruhnya memajang beberapa pot aglaonema. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi merambah berbagai kota besar di Sumatera, dan sejumlah kecil di Indonesia Timur. Aglaonema yang dijajakan pun bermacam-macam. Tidak hanya donna carmen dan pride of sumatera, tetapi juga kelas standar, misalnya lady valentine, butterfly, dan snow white yang harganya tergolong menengah, berkisar Rp 100.000 – Rp 300.000. Bahkan ada yang berani memajang red coccin dan dud unyamanee yang masih berharga Rp 500.000 untuk anakan berdaun 3-4 lembar. Nurseri kelas eklusif menambahkan beberapa jenis tiara, madam soeroyo, JT 2000, atau Widuri yang lebih mahal lagi.

Bukan tanpa alasan bila anggota famili Araceae itu naik daun. Aglaonema mudah dirawat dan sebagai tanaman indoor paling pas. Sang ratu daun memang tidak rewel. Tahan di simpan dalam ruangan selama 1 minggu tanpa dikeluarkan. Lagipula dengan motif indah, ia enak dipandang meski tanpa bunga.

 http://duniaflora.com/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=2&infoid=4

MUSUH-MUSUH ANTHURIUM

Berbeda dengan tanaman hias lainnya seperti aglaonema, anthurium tidak banyak memiliki musuh. Namun, keindahan anthurium bisa ternoda lantaran kehadiran beberapa momok penganggu. Sebut saja penyakit kuning, bercak daun dan ulat lepidopetra. Pengecakan teratur adalah kunci menjaga anthurium tetap indah.

A. PENYAKIT

Bercak Kuning
Hampir semua perkebun pernah merasakan keganasan penyakit ini. Jika datang menyerang, peluang tanaman selamat hanya 20-40%. Tanaman yang lolos dari kematian pun sulit tampil kembali. Itulah sepenggal pengalaman aris budiman di yogyakarta. Pada 1998 superbun berharga Rp-2 juta mati terserang bercak daun. Anshory di jakarta selatan, horas pardomuan batubara ditanggerang, dan Sugino Budhiprawira di bogor adalah sebagain kecil perkebunan yang pernah merasakan keganasan bercak daun.

Bercak daun kuning ditandai dengan munculnya noktah kecil berwarna kuning. Makin lama bercak melebar sehingga permukaan daun tertutup wqarna kuning. Ada yang menduga bercak kuning disebabkan oleh cendawan , sehingga gejala langsung dihantam dengan fungsida. Perkebun lain berpendapat bercak kuning hanya efek adanya gangguan pada akar. Pasalnya bercak seloalu disertai dengan pembusukan pada akar. Menurut ir. Final prajananta, pakar hama dan penyakit tanaman dari bayer cropscince, jika dilihat dari gerjalanya kemungkinan besar bercak kuning disebabkan oleh nematoda atau penyakit lain seperti fusarium. Cendawan tidak mungkin menyebabkan daun menguning total seperti gejala yang ditampakan tanaman terserang bercak kuning.

Sebernanya penyakit ini sudah merajalela sejak 1990-an. Ia mengganas saat pergantian musim. Faktor pendukungnya antara lain media yang terlaulu lembap, aliran udara dilokasi kebun tidak lancar, kompisisi media salah, dan pemberian pupuk kandang yang berlebihan.

Tekstur media yang halus lombat laun akan mengendap di dasar pot dan menyumbat lubang. Akibatnya aerasi dan dreanasi terganggu. Air dalam pot akhirnya menggenang dan meremndam akar sehingga menjadi busuk. Karena akar membusuk, penyarapan hara terganggu, pertumbuhan artuhurium pun terhambat. Bercak kuning paling sering mkenyerang arthurium superbum dan a.jenmanni serta turunannya. Sedangkan arthurium jenis lain seperti wave of love dan a.hookeri relative lebih tahan.

Karena itu pemakain media yang menyebabkan draenasi dan sirkulasi udara dipot terhambat harus dihindari. Menurut Aris budiman campuran pakis kasar dan arang sekam pilihan terbaik.

Untuk mencegah penyakit ini menyebar, daun yang terserang segera dipetik. Sampah daun dibakar atau dipendam karena bercak kuning gampang menyebar. Setalah dipangkas sugino lantas merendam tanaman dalam larutan agrept dan betadine. Setengah jam kemudian baru ditanam dimedia baru.

Untuk tanaman yang terlanjur sakit parah, aris dan sugino menyarankan untuk mengeluarkannya dari pot. Tarik semua akar busuk sehingga putus lalu rendam dalam larutan bakterisida dan fungsida. Dalam kondisi lemah, akar mudah terserang bakteri dan cendawan, karena itu oleskan 1-2cc baktosin atau score yang telah dicampur dalam I liter air. Setelah 10 menit angkat tanaman kemudian langsung tanam. Seminggu kemudian siram, pangkal batang dan media dengan pestisida sejenis. Ualngi sekali lagi seminggu kemudian. Pada fungsida kontak seperti antracol atau dithine dosis 1-2 cc /l. Final prajananta menyarankan aplikasi folicur 250Ec dengan cara disiramkan ke tanah 1-2 ml/l setiap 2-3 kalim seminggu. Daun yang terserang bercak kuning tidak dapat kembali berwarna hijau. Namun , daun berikutnya tumbuh sudah normal hijau.

Karena tingginya resiko terkena penyakit, aris budiman mkenabukan pemakain kotoran kambing. Kalaupun tetap digunakan sebaiknya dalam jumllah kecil saja. Itu hanya pada bagina atas dan diberikan secara bertahap, setiap 2 bulan . Untuk memperkuat sel-sel akar sekali ebulan tanaman diberi pupuk yang mengandum kalsium atau magnesium.

Hal penting yang harus diingat adalah memberikan kesempatan pada tanaman untuk melakukan pemulihan. Karena itulah setelah dipindahkan dilakukan pemberian zat perangsang akar seperti vitam in B1 dan Root UP.

Bercak Daun
Penyakit bercak daun juga menjadi momok bagi perkebun. Alasanya jika sekali terkena, kecantikan daun yang menjadi modal utama an thurium akan terganggu. Daun tampak kekuningan dengan bercak-bercak berwarna coklat. Jika dibiarkan lama-kelaman bercak berubah menjadi kehitaman.

Bercak daun disebabkan oleh pseudomonas cichorii dab xanthomonascampestris. Kedua pentagon ini masuk melalui luka dipermukaan daun bisa diatasi denagan aplikasi bakterisida seperti agrept dosisi 2,5 g/l, berbahan aktif tembaga seperti kocide 60 wdg dosis 1 g/l, Cuprait dosis 2,5 g/l. Penyemprotan dilakukan 1-2 kali seminggu.

Busuk Akar
Tanaman terinfeksi layu seperti mati. Ujung daun terlihat menggulung kekuningan seperti terbakar. Saat media dibongkat terlihat akar membusuk, mudah putus. Itulah tanda-tanda serangan busuk akar. Penyebabnya cendawan pythium sp. Jamur ini merajalela bila lingkungan tumbuh terlalu panas dan dranaise di pot jelek , sehingga suhu dan kelembapan meningkat tajam. Ia juga mudah menyerang jika kondisi tanaman lemah dan stress. Serangan phytum bida diatasi dengan penyemprotan funsida seperti antracol dan di9thane dosis 2,5 g/l, di aplikasikan seminggu 2 kali

B. HAMA

Ulat
Ulat hama utama anthurium. Daun dipenuhi lubang-lubang mulai sebesar pentul korek api hingga seukuran bungkus rokok. Serangaqn ulat sering tidak disadari pemilik anthurium. Tiba-tiba daun sudah meranggas berlubang-lubang. Untuk mencegah pengontrolnya harus rutin dilakukan , karena kupu-kupu biasa meletakan kotorannya dibalik daun.pengendalian secara mekanis dilakukan dengan membuang ukat yang bersarang ditanaman. Secara kimiawi denagn menyemprotkan inteksida kontak seperti campuran desis(0,5 m/Ll) dan atrabon(1 ml/l). Aplikasi 1-2 kali seminggu usahakan langsung terkena sumber hamanya.

Siput
Siput menyebabkan daun berlubang Ricky Hadimulya mengatasi dengabn meletakan bir di dekat tanaman siput aikan berkumpuol disana. Aris budiman biasa mengoleskajn vaselin untuk mobil di batang anthurium dngan cara itu siput sulit memanjat pohon. Cara lain memakai siputox, pestisida khusu siput. Siputux ditumpuk ditempat tertentu berjarak 5 m dari tanaman. Niscaya siput lebih tertarik mkendekati siputox daripada anthurium. Hindarakan siputux dari terpaan hujan dan air siraman.

Kutu Putih
Kutu putih lazim menyerang anthurium yang daunya berbulu, berbedak seperti kristallium atu li8sdah gajah. Namu ia ditemukan juga di hookeri. Kutu itu juga bersarang dibagina bawah dan pangkal daun sehingga kadang tidak diketahui keberadaannya. Maklum saja, kedua daerah ini sering luput dari pembersihan. Cara mengatasinya adalah dengan aplikasi curakron atau decis 1 ml/l 2-3 kali seminggu . Jika tidak terlalu banyak, kutu putih bisa diatasi dengan pembersihan langsung menggunakan cottonbath.

C. GANGGUAN FISIOLOGIS

Daun Keriting
Daun keriting ditandai dengan permukaanya yang terasa bergelombang jika diraba, warna dan mengalami gradasi, dan semakin kea rah pinggir warna semkain hijau muda. Belum ada yang tahu penyebab pasti gangguan ini. Ada yang menduga serangan virus, sehingga Ricky Hadimulya dari haranuseri langsung memusnakan daun yang terklena, agar tidak menular ke tanaman lain. Pemusnahan ini dilakukan dengan pembakaran. Namun ada juga yasng menduga sebagai gejala kekurangan kalsium. Menurut Ir.Yos sutiyoso, pakar hama dan penyakit tanaman di jakarta ,kalsium di dalam tubuh tanaman mempegaruhi kekerasan dinding sel. Bila kurang, dinding sel melemah . Akibanya, daun mengeriput. Cara mengatasinya adalah denagan penyiraman teratur karena bisa saja kalsium sudah ada dalam media, tetapin dalam kondisi tidak terlarut.

Daun Terbakar
Anthurium termasuk tanaman naungan, tidak membutuhkan intesitas matahari yang kuat. Peletakan anthurium di paparan matahari langsung bisa mengurangi kecantikan daun. Bagian daun yang terbakar tampak coklat mongering. Bila diremas debngan jari sudah hancur. Menurut Dr.Suryo wiyono, ahli penyakit tumbuhan dari Fakultas Pertanian Instutut Pertanian Bogor, supaya selamay anthurium perlu diberi naungan minimal 45%. Namun hati-hati, gejala daun terbakar juga harus diwaspadai lebih cermat. Bila muncul warna lain seperti kekuningan di sisi daun terbakar, bisa jadi gejala serangan cendawan Gleosporium sp. Jikia ini terjadi cara mengatssinya denagn menyemprotkan fungsida seperti Trineb, Dithane, sandofan Mz dosis 2,5 g/l. Aplikasi 1-2 kali seminggu.

HAMA, PENYAKIT & CARA PENGENDALIAN

Agar tanaman tampil dengan prima, pastikan bahwa tanaman tidak terserang hama dan penyakit. Secara umum untuk menghindari agar tanaman tidak terserang hama penyakit adalah dengan pengamatan dini. Artinya tanaman perlu dicermati setiap hari. Apabila ada gangguan maka akan dapat dideteksi sedini mungkin.

Beberapa hama dan penyakit serta cara pengendaliannya dapat ditujukan sebagai berikut.

FOTO TANAMAN TERSERANG PENYEBAB DAN GEJALA SERANGAN CARA PENGENDALIAN
Penyebab: ulat daun, ulat kecil-kecil berwarna hijau
Gejala: daun berlubang terlihat bekas gigitan ulat Mekanisme dengan diambil dan dimatikan.
Disemprot dengan insektisida
Penyebab: kutu daun
Gejala: menyerang pucuk daun dan mahkota bunga, pucuk daun dan mahkota bunga jadi kering.
Disemprot dengan insektisida
Penyebab: kutu warna putih biasanya menempel di bawah daun.
Gejala: kutu yang menempel pada daun berwarna putih.
Disemprot dengan insektisida
Penyebab: spider mite.
Gejala: bintik-bintik cokelat di daun yang selajutnya daun menguning.
Disemprot dengan insektisida
Penyebab: bakteri
Gejala: ada pembusukan pada batang atau daun selanjutnya daun perlahan-lahan menguning Menjaga kelembaban media jangan terlalu lembab.
Disemprot dengan bakterisida
Penyebab: jamur.
Gejala: bercak cokelat pada daun.
Disemprot denngan fungisida
Penyebab: jamur
Gejala: bercak cokelat di daun, mahkota, dan tangkai bunga. Daun berlekuk tak teratur.
Disemprot dengan fungisida
Penyebab: bakteri.
Gejala: batang bagian bawah berair selanjutnya batang membusuk dan mati.
Disemprot dengan bakterisida
Penyebab: bakteri.
Gejala: bermula dari pinggir daun berwarna kuning kecokelatan selanjutnya akan menyerang ke seluruh bagian tanaman.
Disemprot dengan bakterisida

http://duniaflora.com/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=3&infoid=12

MEDIA TANAM ANTHURIUM

Media tanam merupakan untuk tumbuhya tanaman, untuk itu maka media tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sesuai dengan kebutuhannya, secara umum media tanam tanaman hias dapat dibedakan menjadi beberapa kreteria yakni: tanaman yang suka kering (xerofit), tanaman yang suka agak lembab (mesofit) dan tanaman yang suka lembab (hidrofit). Anthurium termasuk tanaman yang suka media agak lembab. Untuk itu media tanamannya harus diambil dari bahan-bahan yang mamapu menahan air dengan baik tetapi tidak terlalu jenuh air.

 

Pakis Sebagai Media Dasar
Dalam menetapkan media tanam dalam suatu tanaman, khususnya tanaman hias maka sebqagai dasar pertimbangan utama adalah habitat aslinya saat tanaman tersebut masih tumbuh di alam. Habitat asli di hutan untuk tanaman Anthurium adalah bonggol kayu sisa tebangan atau kayu roboh yang sudah membusuk. Untuk itu maka media dasar yang untuk pembudidayaan tanaman Anthurium ini adalah pakis.
Pakis merupakan pohon jenis palm, pohon pakis mempunyai batang yang berserat kasar. Batang pakis yang telah ditebang dan diproses maka akan dihasilkan potongan-potongan serat yang sangat cocok untuk pertumbuhan Anthurium.

Sifat media pakis ini adalah ringan, sangat porous dan mampu menahan air dengan baik. Bila disiram air, kondisi media pakis akan mampu mempertahankan kelembaban tetapi tidak jenuh air. Disamping itu, porousitas yang baik akan mampu memberikan susunan udara (aerasi) yang baik. Aerasi sangat dipengaruhi oleh susunan pori makro pada media. Media pakis, karena tersusun dari serat-serat kayu yang kasar maka susunan pori makronya sangat baik.

Anthurium merupakan jenis tanaman yang mempunyai perakaran yang banyak. Bila diukur pertumbuhan akar akan jauh lebih tinggi disbanding pertumbuhan bagian tanamn di atas tanah (daun, bunga, dan buah). Sehingga keremahan media menjadi penting diperhatikan. Keremahan media merupakan suatu kodisi yang menetukan mudah tidaknya akar menembus media tanam. Media yang remah artinya media memberikan kondisi yang mudah untuk akar menembusnya. Media pakis merupakan media yang sangat remah karena bentuknya yang halus dan sangat lunak sehingga akar tanaman Anthurium mudah untuk menembusnya.

Media yang baik akan memberikan suasana yang baik pula untuk pertumbuhan dan kesehatan akar. Akar Anthurium yang sehat bercirikan dengan akar yang berwarna putih. Akar yang tidak sehat akan berwarna cokelat kehitaman. Bila media tidak porous maka kebanyakan kar akan membusuk. Sebagai akibatnya tanaman tidak akan tumbuh dengan baik.

TIPS
Susunan air (drainase) dan susunan udara (aerase) pada media merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Lebih-lebih untuk tanaman hias yang suka media kering dan suka media agak lembab. Kunci kesehatan tanaman dan pertumbuhan tanaman yang baik sebenarnya terletak pada media. Apabila kita sudah mendapatkan media yang cocok bagi suatu jenis tanaman maka perawatan dan pemeliharaan selanjutnya akan menjadi lebih mudah. Media yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan menjadikan tanamn kurang sehat.

Perlukah Campuran?
Anthurium merupakan jenis tanaman yang tiadak rakus pada unsure hara. Di habitat aslinya mereka sudah mampu tumbuh dengan baik hanya di bonggol kayu bekas tebangan yang sudah membusuk dan dengan siraman air hujan. Seperti telah kita ketahui bahwa air hujan sudah cukup mengandung unsur nitrogen. Oleh sebab itu campuran pupuk kandang atau bahan organik lain yang ditambahkan ke dalam media pakis cukup sedikit saja. Kira-kira 10% dari volume media pakis sudah cukup.

Pupuk yang sering dipakai sebagai bahan campuran media pakis adalah pupuk kandang dan organik. Pupuk kandang yang dapat digunakan adalah pupuk kandang sapi, pupuk kandang kerbau, pupuk kandang kambing dan pupuk kandang ayam. Dari hasil pengamatan secara praktek diperoleh gambaran bahwa pupuk yang lebih baik adalah pupuk kandang sapi dibanding pupuk kandang yang lain.

Sedangkan pupuk organik yang cocok digunakan sebagai campuran antara lain pupuk organik dari dedaunan kaliandra, pupuk organik dari seresah daun bambu dan cocopit. Penggunaan pupuk kandang dan pupuk organik harus benar-benar dari pupuk yang sudah masak dan bentuknya sangat lembut, sehingga perlu dilakukan penyaringan terlebih dahulu sebelum dipakai sebagai campuran media.

Ketersediaan pakis sebagai bahan media dasar untuk budidaya Anthurium semakin hari semakin berkurang. Hal ini karena semakin berkembangnya peminat dan penggemar Anthuirium. Untuk itu perlu dikaji bahan-bahan lain yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti media pakis. Untuk hal itu bisnis media tanam Anthurium masih terbuka luas dan bisnis media ini jiga cukup menjanjikan. Pada umumnya para penggemar tanaman, bahkan ditingkat nursery pun tidak mampu dan mau meramu sendiri media tanam ini.

Beberapa Campuran Media untuk Athurium

Bahan Presentase Penggunaan Campuran Media %
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4
Pakis 90 90 90 90
Pupuk Kandang 5 0 5 5
Kompos Kaliandra 5 10 0 0
Kompos daun bambu 0 0 5 0
Cocopit 0 0 0 5

Penanaman
Bahan tanam dapat berupa bibit dari bagian vegetatifnya(seperti tunas, anakan, bonggol dan potongan tanaman induk) atau bibit hasil persemaian dari biji. Berikut langkah-langkah penanaman.

a. siapkan pot dengan ukuran yang sesuai dengan besarnya bahan tanaman b. siapkan media tanam. Rendam media pada larutan fungisida (dengan konsentrasi sesuai anjuran) kurang lebih 5-10 menit, kemudian angkat dan tiriskan media. c. isi pot dengan media setengah sampai dua per tiga bagian
d. tanam bahan tanaman, usahakan akar tanaman tidak rusak e. bumbun tanaman sampai memenuhi pot. f. pastikan akar tanaman sudah tertanam dengan baik, kemudian siram media sampai basah semua

http://duniaflora.com/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=3&infoid=16

BUDIDAYA ANTHURIUM 1

Di alam anthurium mudah tumbuh pada media batang pepohonan yang telah membusuk atau tumbuh di pepohonan dan bersifat epifit. Oleh karenanya pembudidayaan tanaman ini tidaklah sulit.

Meskipun pembudidayaan tanaman relatif mudah namun cara pembudidayaan yang baik perlu dikuasai agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh baik sehingga mampu menampilkan keindahan yang prima. Untuk hal itu maka perlu pemahaman tentang morfologi tanaman, syarat tumbuh, media tanaman, penanaman, cara perawatan dan pengendalian hama penyakit.

SYARAT TUMBUH

Kebutuhan Cahaya
Untuk mendapatkan cahaya yang sesuai, pembudidayaan yang dilakukan pada daerah dataran rendah membutuhkan bangunan dengan atap naungan paranet 60-70%. Untuk dataran sedang menggunakan naungan paranet 50%. Sedang untuk dataran tinggi cukup digunakan atap paranet 25%.

Jika cahaya terlalu banyak, daun akan menguning dan kering, sebaliknya bila cahaya kurang daun nampak lemas dan pucat, serta daun dan tangkainya cenderung memanjang.

Kebutuhan Suhu
Suhu lingkungan yang optimal berkisar antara 18º-31º C. penampilan daun akan lebih mengkilap bilaman a perbedaan suhu siang dan malam tidak terlalu mencolok. Kondisi ini akan membantu membentuknya klorofil sehingga warna daun menjadi lebih hijau dan mengkilap. Untuk hal itu maka bilamana suhu siang terlalu tinggi, pada lingkungan pertanaman perlu ditambah kipas angin untuk menurunkan suhu.

Kebutuhan Kelembaban
Kelembaban udara yang cocok untuk pertumbuhan si raja daun ini berkisar antara 60%-80%. Bilamana kelembaban udara terlalu kering maka perlu penyemprotan air di sekitar tanaman. Sebaliknya bila terlalu lembab perlu dipasang kipas angin.

Sirkulasi Udara
Angin semilir akan memberikan kondisi yang baik bagi tanaman, karena dengan adanya angin yang bertiup perlahan akan membuat hawa yang sejuk. Oleh karena itu peranan kipas angin yang dipasang di lingkungan pertanaman akan berperan ganda, yakni menyejukan udara, menjaga kelembaban udara dan menjaga suhu udara.

MORFOLOGI TANAMAN

Anthurium termasuk keluarga Araceae yang mempunyai perakaran yang banyak, batang dan daun yang kokoh, serta bunga berbentuk ekor.

AKAR
Anthurium yang sehat mempunyai jumlah akar yang banyak, berwarna putih dan menyebar ke segala arah. Oleh sebab itu membutuhkan media yang porous.
BATANG
Batang Anthurium tidak nampak karena terbenam di dalam media. Setelah tanaman dewasa batang ini akan membesar menjadi bonggol.
DAUN
Daun Anthurium pada umumnya tebal dan kaku, bentuknya bervariasi seperti berbentuk jantung, lonjong, lancip, dan memanjang. Untuk Anthurium daun, kekompakan bentuk daun meningkatkan nilai estetikanya.
BUNGA
Anthurium mempunyai bunga berumah satu artinya dalam satu bunga terkandung sel kelamin betina dan sel kelamin jantan. Bunga terdiri dari tangkai, mahkota, dan tongkol. Semua bagian bunga tersebut menjadi satu kesatuan dan berbentuk seperti ekor, sehingga Anthurium dikenal dengan si bunga ekor. Putik dan tepung sari menempel pada tongkol. Masaknya putik dan tepung sari tidak bersamaan (dichogamaous). Pada umumnya putik masak lebih awal dibanding tepung sari.
BUAH DAN BIJI
Buah berbentuk bulat dan menempel pada tongkol, buah muda berwarna hijau setelah masak berwarna merah. Biji yang telah masak akan terlepas dari tongkolnya, biji inilah yang baik untuk disemai. Bibit yang dihasilkan dari biji, umumnya mempunyai sifat yang berbeda dari induknya.

PEMELIHARAAN & PERAWATAN

Untuk mendapatkan tanaman yang prima maka kita harus memelihara dan merawatnya sebaik mungkin. Pemeliharaan dan perawatan yang harus dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan da membersihkan daun dari debu dan kotoran yang menempel serta memotong daun yang menguning. Di smping itu kegiatan pemeliharaan yang tidak terlupakan adalah repotting.

Repotting merupakan kegiatan penggantian pot dan sekaligus media karena ukuran tanaman dan potnya sudah tidak sesuai lagi. Langkah-langkah repotting seperti langkah-langkah yang dilakukan pada penanaman. Namun yang perlu diperhatikan dalam repotting ini adalah memotong dan membersihkan akar-akar yang busuk dan mengatur perakaran pada media dan pot yang baru. Pengaturan perakaran ini dimaksudkan agar semua bagian akar dapat kontak langsung dengan media. Jangan sampai akar tidak menempel pada media (ada rongga antara media dan akar) karena hal ini akan menyebabkan membusuknya akar dan akibatnya tanaman akan menjadi tidak sehat.

Pengairan dilakukan dengan alat semprot dan dikenakan keseluruh bagian tanaman dilakukan 2-3 hari sekali dengan melihat kondisi media. Media dijaga agar tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering.

Pupuk yang diberikan sebaiknya pupuk majemuk (N, P dan K) yang penyediaannya lambat (slow riliaze) diberikan 2-3 bulan sekali dengan dosis sesuai anjuran dan besarnya tanaman. Di samping itu juga perlu ditambahkan pupuk daun yang diberikan setipa 1-2 minggu sekali. Untuk menjaga penampilan agar daun tampil bersih dan mengkilap maka daun yang ada perlu dibersihkan dengan lap yang lembut yang telah dibasahi dengan air. Daun-daun yang telah tua dan menguning perlu dipotong.

http://duniaflora.com/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=3&infoid=11