INDAHNYA KELADI HIAS

Talas paling enak dibuat camilan dan daunnya untuk dibuat buntil. Tapi keladi hias digemari karena bentuk daunnya bagus dan corak warnanya beragam, tidak melulu hijau. Jenisnya pun sangat banyak, sekitar seribu. Bakal booming? Siapa takut…
 Keladi alias talas banyak dimanfaatkan umbinya untuk bahan camilan dan daunnya sebagai masakan buntil. Keladi bernama ilmiah Colocasia esculenta ini tidak termasuk tanaman hias.

Belakangan banyak hobiis tanaman yang memelihara keladi hias. Namun keladi tersebut termasuk kelompok Caladium, terutama Caladium bicolor.

Keladi hias digemari karena bentuk daunnya bagus dan corak warnanya beragam, tidak melulu hijau, tapi juga merah, kuning, putih, dan pink. Jenisnya pun sangat banyak, sekitar seribu. Yang paling banyak di pasaran saat ini adalah keladi hibrida dari Thailand. Sebut saja, yellow suthi, sripinyo hibrid, praya garm put, us win dam, dan florida sweet heart.

Penggemar tanaman hias umumnya memanfaatkan si talas cantik ini sebagai penghias halaman rumah maupun memperindah ruangan. Padahal, menurut Irwansyah, hobiis caladium hibrida di Rawabelong, Jakarta Barat, keladi juga berfungsi sebagai daun potong.

Caranya, “Potong batang daunnya dekat dengan tanah, lalu direndam dalam air. Mulanya daun akan layu selama 24 jam pertama, tapi akan segar kembali. Dia dapat tahan selama 2—3 minggu menghiasi ruangan,” jelasnya.

Rawat dengan Baik

Di alam bebas Caladium tumbuh setinggi 40—90 cm dengan lebar daun 15—45 cm. “Umumnya keladi menyukai tempat teduh, tapi ada juga jenis yang toleran terhadap sinar matahari penuh dan bahkan warnanya semakin memikat,” jelas Irfandi, Staf Pemasaran Wong Tani Nurseri, penyedia Caladium di Kalimulya, Depok, Jabar.

Agar keladi tumbuh subur, tambah Irfandi, media tanamnya harus cocok. Misalnya, campuran tanah, humus, serbuk sabut kelapa, sekam bakar, kompos atau bisa menggunakan 100% bahan organik.

Kecuali itu, penyiraman dilakukan sekali sehari. “Tapi kalau kemarau 2—3 kali sehari,” kata Irwansyah, kolektor 25 jenis keladi hibrida dari Thailand.
Pemberian pupuk juga penting terutama yang banyak mengandung nitrogen untuk memacu pertumbuhan vegetatif.

Bisa pula menggunakan pupuk lambat pelepasan, seperti Dekastar dan Bintang asri. “Taburkan saja saat penanaman. Jjika dengan pupuk cepat urai, berikan 2 minggu setelah tanam. Pupuk susulan bisa diberikan tiap 2—3 minggu pada musim hujan, dan cukup 4—6 minggu sekali pas musim kemarau,” saran Irwansyah. Sebenarnya keladi tidak butuh nutrisi terlalu banyak sehingga dapat dipupuk bisia memungkinkan penggunaan kompos atau pupuk kandang.

Jangan Sampai Dorman

Dalam kondisi lingkungan tidak menguntungkan hingga batas yang tidak bisa ditoleransi, semua daun keladi bisa lunglai dan mati. Keladi ini tidak mati tetapi hanya mengalami dormansi (tidur panjang).

“Banyak hobiis baru kecewa dengan keladinya yang mati. Padahal itu tidak mati tapi memasuki masa dorman saja,” kata Irwansyah. Ia pun membagi tips agar keladi tak “ketiduran”.

Media tumbuh sebaiknya bukan dari tanah karena akar sulit menembus dan harus dijaga selalu basah.

Hindarkan merendam bagian bawah pot untuk mendapatkan kelembapan lantaran menyebabkan umbi basah dan tanaman tidak cepat beranak.

Jika berbunga, petiklah karena bunga menyedot energi sehingga pembentukan daun dan tangkai terganggu. Tri Mardi Rasa/ AGRINA

 
 
 

CALADIUM: INDAHNYA DAUN KELADI PINGGIR KALI

Tanaman hias dalam ruangan, warna daun eksotis dan harganya terjangkau, itulah caladium, salah satu ikon tanaman hias yang kini muncul dengan varian baru berupa daun tumpuk membentuk angka 8 yang disebut-sebut sebagai pembawa hoki. Mampukah jadi jagoan?
 Tanaman hias dalam ruangan, warna daun eksotis dan harganya terjangkau, itulah caladium, salah satu ikon tanaman hias yang kini muncul dengan varian baru berupa daun tumpuk membentuk angka 8 yang disebut-sebut sebagai pembawa hoki.

Kebanyakan orang Indonesia mengenal caladium sebagai keladi atau talas. Tanaman ini merupakan tanaman yang menawarkan aneka corak daun yang begitu menawan. Meskipun di Indonesia seringkali ada anggapan bahwa caladium sebagai tanaman pinggir sungai, sesungguhnya tanaman ini memiliki pesona tersendiri. Banyak kultivar dari negeri Thailand ataupun Amerika Serikat (Florida) yang akan membuat orang terkesima melihatnya.

Tanaman hias caladium banyak sekali variannya. Pada 1932 saja sudah ada 160 jenis yang terdaftar dalam buku yang dipublikasikan Arjan Prasob Satetajit. Setiap tahun para penyilang caladium menghasilkan jenis-jenis baru. Pada 2007, jumlahnya pasti sudah berlipat-lipat.

Pesona Caladium terletak di daunnya. Lembaran daun caladium memiliki banyak corak dengan warna yang kontras dan menyolok. Ada yang berwarna hijau, hijau kemerahan, merah, hingga berwarna merah kecoklatan. Keindahan caladium juga ditunjang oleh bentuk serta ukuran daun yang bervariasi.

Namun, sayangnya tanaman ini banyak dikenal sebagai tanaman yang sulit menghasilkan daun dalam jumlah banyak secara serempak. Bahkan dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan cara penanganan yang tidak benar bisa mengakibatkan caladium mengalami mogok tubuh.

Dormansi = Mogok Tumbuh?

Masa tidur atau mogok tumbuh seperti itu sering juga disebut sebagai dorman. Di habitat asalnya, caladium sering melakukan dormansi sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Semisal, suhu dan lama penyinaran yang tidak sesuai atau kekurangan zat hara dan air.

Dalam keadaan lingkungan yang menguntungkan, caladium tumbuh secara normal dan menimbun cadangan makanan dalam umbi. Jadi, organ di dalam tanah tersebut selain berfungsi sebagai alat perkembangbiakan juga bermanfaat sebagai gudang penimbun cadangan makanan. Semakin besar ukuran umbi, maka caladium bisa memiliki waktu tidur yang semakin lama pula.
Dengan adanya dormansi, banyak pehobi tanaman hias mengira bahwa caladium yang dimiliki telah mati. Maka tak heran jika pehobi tersebut lantas membongkar lalu membuang tanaman kesayangannya. Padahal, tanaman tersebut sebenarnya masih hidup, hanya saja ia tidak mengeluarkan daun ke permukaan tanah.

Membudidayakan caladium, sebaiknya tempatkan di tempat yang teduh dan terhindar matahari menyengat dan guyuran hujan deras. Usahakan di tempatkan di lingkungan dengan kelembaban tinggi. Pada kondisi tertentu seperti dipelihara di rumah plastik atau sungkup sangat dianjurkan.

Untuk media tanam, caladium membutuhkan media yang tetap basah tapi tidak becek apalagi air tergenang. Selain itu, media tanaman harus terbebas dari bibit penyakit seperti jamur, caranya harus melalui sterilisasi.
(Sumber: adinfoserpong.blogspot.com)

 
 

 

MENGATASI DORMANSI PADA CALADIUM

 
 
Bentuk, corak dan warna Caladium sungguh indah. Tapi Caladium suka ngambek atau berhenti tumbuh sementara (dormansi). Itu memang cara tanaman ini bertahan hidup. Bagaimana agar masa ngambek itu cepat berlalu? Baca tulisan berikut.
 
 
 
Caladium atau keladi hias merupakan salah satu kerabat philodendron dan alokasia yang memiliki variasi keindahan bentuk, corak, dan warna daun yang sangat beragam. Di sinilah letak daya tarik caladium.Meskipun demikian, sayangnya tanaman ini dikenal sebagai tanaman yang sulit menghasilkan daun dalam jumlah banyak secara serempak. Bahkan, dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan atau ketika cara perawatannya salah, caladium tidak akan mengeluarkan tunas dan berhenti tumbuh sementara (dormansi).

Dormansi merupakan salah satu cara bagi caladium untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Untuk caladium yang dipelihara, dormansi bisa muncul pada musim kemarau atau saat kekurangan air siraman. Tak hanya itu, media tanam yang terlalu keras dan padat juga bisa memicu dormansi.

Saat dormansi, masih banyak hobiis tanaman hias yang mengira bahwa caladium yang dimilikinya telah mati, padahal tidak. Bagi para breeder tanaman hias, keadaan dormansi sering dimanfaatkan untuk melakukan perbanyakan tanaman atau merawat umbinya agar pada periode pertumbuhan berikutnya memunculkan daun dengan jumlah yang lebih banyak.

Selain berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, sebelum masa dormansi terjadi, umbi caladium juga bermanfaat sebagai “gudang” penimbun cadangan makanan yang akan digunakan untuk melakukan pertumbuhan saat masa dormansi tiba.

Itu sebabnya, semakin besar ukuran umbi semakin lama juga waktu dormansinya. Keadaan inilah yang harus diatasi. Pasalnya, jumlah cadangan makanan yang ada di dalam umbi sangat terbatas sehingga dikhawatirkan caladium akan mati jika terlalu lama dormansi.

Nah, jika Anda memiliki caladium yang akan mengalami dormansi, jangan khawatir karena sebenarnya masa dormansi ini bisa dipercepat. Berikut ini adalah caranya:

1. Umbi caladium dikeluarkan dari media tanam, ditaruh di dalam wadah yang kering dan bersih kemudian diletakkan di tempat yang teduh dan sejuk. Biarkan umbi sampai tumbuh tunas. Namun, tunas pertama yang muncul harus segera dipotong dengan menggunakan pisau yang tajam dan steril. Pemotongan tunas ini akan merangsang pertumbuhan tunas lain dalam jumlah yang lebih banyak. Setelah itu, umbi caladium bisa segera ditanam kembali. Biasanya sekitar dua minggu kemudian sudah tumbuh tunas baru yang muncul ke atas permukaan media tanam.

2. Umbi cadangan dikeluarkan dari media tanam, lalu direndam di dalam larutan hormon penumbuh seperti Happy Gro. Perendaman dilakukan selama 15 menit dengan tujuan merangsang pertumbuhan tunas. Setelah itu umbi dapat ditanam kembali dan sisa larutan hormon dapat disiramkan ke media tanam. Usahakan media tanam selalu dalam keadaan lembap. Untuk itu pot dapat disungkup dengan plastik transparan, lalu diletakkan di tempat yang teduh, sejuk, dan agak gelap. Satu sampai dua minggu kemudian biasanya sudah tumbuh tunas yang muncul ke atas permukaan media tanam.

(Dikutip dari buku “Caladium: Pesona Sang Sayap-Sayap Bidadari”, karangan Nurheti Yuliarti, Agro Media Pustaka, Jakarta.)

ANEKA CARA PERBANYAK SANSEVIERIA

Selama 2 tahun, 4 pot Sansevieria kirkii 3-4 daun koleksi Iwan Hendrayanta di Permata Hijau, Jakarta Barat, bermetamorfosis jadi 400 tanaman baru.

Si lidah mertua tembaga itu dicacah-cacah daunnya membentuk persegi panjang sepanjang 5-7 cm. Lalu ditancap-tancapkan di media pasir hingga mengeluarkan anakan.

Kalau dibiarkan ‘bereproduksi’ alami paling hanya didapat 1-2 anakan per tahun. Maklum kirkii termasuk jenis yang lamban tumbuh. Makanya ketua Perhimpunan Florikultura Indonesia yang hobiis sansevieria itu mencoba memotong-motong daun kirkii. ‘Setek’ daun itu lantas dibenamkan di media pasir. Hasilnya dari 1 potong daun muncul

2-3 anakan sekaligus dalam hitungan bulan

Cara serupa juga dicoba A. Gembong Kartiko, pekebun di Batu, Jawa Timur. Pemilik Sapta Plant & Pottery itu menyebut cara itu sebagai teknik potong tahu. ‘Daunnya kan dipotong-potong seperti potongan tahu,’ kata Gembong. Caranya, daun kirkii dewasa sepanjang minimal 15 cm dicacah menjadi 5 bagian. Artinya, setiap potong hanya sepanjang 3 cm. Namun, buat pemula pria berambut gondrong itu menyarankan ukuran lebih panjang supaya aman.

Gembong menyemai di media campuran sekam bakar dan pasir malang dengan perbandingan 1:3. Selama 2 minggu cacahan tidak perlu disiram. Memasuki minggu ke-3 baru siram menggunakan larutan mengandung hormon perangsang tumbuh. Sekitar 3-4 bulan kemudian, tunas baru bermunculan. Setelah 6 bulan pascapencacahan, anakan dengan 4 daun siap dijual.

Di Solo, Andy Solviano Fajar, mencoba teknik cacah pada jenis congo. Potongan daun berukuran 3,5 cm x 3,5 cm atau 5 cm x 5 cm ditanam di media pasir malang dan sekam bakar dengan perbandingan sama. Dalam 4 bulan didapat anakan baru.

Pabrik anakan

Keuntungan teknik cacah, anakan dihasilkan terus-menerus. ‘Anakan hasil perbanyakan dengan cacah bisa langsung jadi indukan begitu daunnya dewasa,’ kata Iwan. Penggemar encephalarthos itu menyebutnya perbanyakan dari daun ke daun. Karena setiap daun baru potensial jadi indukan untuk perbanyakan berikut, anakan pun seperti tak ada habis-habisnya.

Namun, tidak semua lidah mertua bisa diduplikasi dengan cara cacah daun. ‘Sansevieria bermotif belang, terutama hijau kuning atau hijau putih, tidak bisa diperbanyak dengan memotong daun,’ ujar Iwan. Risikonya, anakan yang dihasilkan berbeda dengan indukan. Bila tunas muncul dari bagian berwarna hijau, individu baru yang muncul juga hijau.

Risiko busuk lumayan besar, 50%. Penyebab utama, serangan cendawan dan bakteri lantaran pisau tidak steril, bagian luka tidak terlindung fungisida dan bakterisida, serta media terlalu lembap karena air siraman menggenang. Kendala lain, akar lambat tumbuh sehingga pertumbuhan anakan pun terhambat.

Untuk mempercepat akar tumbuh, Andy membungkus bagian bawah cacahan daun dengan tisu. Posisi cacahan tidak ditanam, tapi dibaringkan di atas media. Lalu disiram secara terus-menerus selama 1 bulan dengan larutan perangsang akar. Setelah akar keluar, baru ditanam di media campuran pasir malang dan sekam bakar. Jika ingin memacu tunas lebih cepat tumbuh dan bongsor, sungkup dengan plastik bening. Pertumbuhan daun baru 2 kali lebih bongsor dibanding tanpa sungkup.

(TRUBUS, dari judul asli: “Potong Tahu Sansevieria Tembaga”/ Evy Syariefa/Peliput: Destika Cahyana)

PILIH SANSE SESUAI KEBUTUHAN

Ragam sansevieria yang mencapai ratusan varian dengan bermacam-macam tingkatan harga membuat para calon pembeli bisa memilih jenis mana yang akan dibeli sesuai dengan tujuannya. Tulisan ini mungkin bisa dijadikan semacam panduan.
 
 
Ragam sansevieria yang mencapai ratusan varian dengan bermacam-macam tingkatan harga membuat para calon pembeli bisa leluasa untuk memilih jenis mana yang akan dibeli sesuai dengan tujuannya.

Bagi para hobiis yang memelihara untuk sekedar koleksi di rumah, yang paling tepat adalah memilih jenis-jenis sansevieria yang langka atau unik. Biasanya sansevieria jenis ini tergolong mahal.Yang masuk katagori ini antara lain, Giant Varigata (kuning) atau Masoniana milik Agung WS Garden Yogyakarta yang harganya tembus Rp 60 juta rupiah.

Namun meskipun eksklusif, jangan harap bila diikutkan kontes di kelas bebas (non unik) pasti akan menang, karena kesehatan mempunyai presentase paling tinggi 35% sedangkan kelangkaan hanya 10%.

Bagi yang suka kontes tentu harus mencari jenis sansevieria yang kondisinya sehat, serta punya performance bagus dan didukung karakter tanaman yang juga bagus. Tentu akan lebih sempurna lagi jika sansevieria itu termasuk langka, karena akan menambah poin.

Berdasarkan pengalaman, sansevieria yang sering menang kontes adalah jenis Pingucula, Kirkii Brown, Patens (Fischeri), Concina dan beberapa jenis lain yang langka tapi memiliki kesehatan yang prima.

Berbeda lagi jika kita ingin memanfaatkannya untuk keperluan rental atau ditempatkan sebagai penghias ruangan, harus disesuaikan dengan jenis dan ukurannya.

Untuk ruangan besar sebaiknhya pilih sansevieria yang memiliki postur tinggi atau besar seperti Autralian Black, Liliantrue, Masoniana, atau Tiger.

Untuk ruangan sempit atau diletakkan di atas meja, pilih jenis-jenis sansevieria kecil, seperti Moonshine, atau Superba China.

Sedang untuk taman di luar rumah bisa pilih sansevieria yang harganya lebih murah. Sebaiknya tetap disesuaikan dengan luas halaman yang akan ditanami sansevieria.

Harga sansivera kini cukup beragam dari yang hanya Rp 3000,- sampai yang puluhan juta.***
(Sutejo/ Tabloid Agro Community)